Jakarta, DUTA TV — Pemerintah tengah mendorong hilirisasi sumber daya alam (SDA) sehingga bisa menciptakan nilai tambah pada produk ekspor. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia harus menghindari ekspor bahan mentah seperti pada zaman Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) dulu kala.
“Yang penting adalah tidak boleh lagi bahan baku kita dibawa keluar. Ini nilai tambahnya kita tidak dapat. Indonesia harus betul-betul dikenal dengan kemampuan hilirisasi pada SDA. Jangan ekspor sama seperti zaman VOC. Ini menurut kami tidak bagus ke depan,” ujarnya dalam acara Investor Lokal Anak Kandung yang Perlu Didukung, Selasa (15/6).
Ia menambahkan agar ekspor tak seperti zaman VOC, pemerintah sudah melakukan banyak upaya. Salah satunya, melarang ekspor ore nikel supaya bahan tambang itu bisa diolah pada smelter dalam negeri dan memberikan nilai tambah baru diekspor.
Upaya ini juga sejalan dengan target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen baterai listrik terbesar di dunia. Pasalnya, bahan baku utama pembuatan baterai listrik tersebut berada di Tanah Air yakni nikel itu sendiri.
Selama ini 80 persen komponen baterai listrik adalah nikel. Sementara, sebesar 25 persen cadangan nikel dunia berada di tanah Indonesia.
“Bagaimana caranya kita harus jadi negara produsen terbesar baterai mobil listrik di dunia sekarang sudah kami dorong ore nikel tidak boleh ekspor,” ucapnya.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga menggenjot pembangunan fasilitas pengolahan smelter di dalam negeri. Beriringan, pemerintah juga akan menarik investasi masuk pada industri baterai mobil listrik untuk mendukung target produksi baterai listrik.
Sudah ada pemain global yang berkomitmen untuk menanamkan investasi di Indonesia yakni LG dengan nilai investasi US$9,8 miliar dan CATL sebesar US$5,2 miliar.(cnni)