Menganyam Purun, Cara Petani Kapuas Menunggu Panen

DUTA TV KAPUAS – Secara tradisional, mayoritas warga yang bermukim di desa Anjir Serapat, kecamatan Kapuas Timur, kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah adalah petani. Walaupun sebagian warga lainnya juga ada yang berkebun sawit dan karet.

Namun karena panen hanya terjadi satu kali dalam setahun, banyak yang tidak memiliki pekerjaan selama masa tersebut. Sehingga untuk memanfaatkan waktu yang ada, warga, utamanya kaum ibu, membuat kerajinan menganyam purun. Sejenis rumput atau gulma di lahan gambut, atau sekitar area persawahan.

Seperti yang dilakukan oleh pasangan suami istri Haidir dan Asniah. Di mana usai berladang atau menunggu panen padi mereka membuat anyaman tikar. Prosesnya cukup sederhana. setelah bahan dijemur hingga kering, diikat sama panjang seukuran betis orang dewasa, lalu ditumbuk hingga membentuk lempengan yang sejajar. Setiap helai purun itulah, yang digunakan sebagai bahan anyaman, waktu pengerjaan pun disesuaikan dengan waktu luang mereka.

“Tiga hari dua harian lah, dikeringkan lebih dulu, kalaunya sudah kering itu bagus kan” tutur Haidir,  pengrajin anyaman purun.

Berbagai ukuran tikar dihasilkan dari anyaman purun, semakin panjang dan lebar anyaman, maka akan semakin tinggi harganya. Dari yang paling murah Rp5.000,- hingga Rp30.000,- untuk yang berukuran tiga setengah kali satu setengah meter. Kegiatan itu, tentu saja dirasakan cukup besar manfaatnya oleh warga, untuk menambah penghasilan sehari-hari. Sehingga kegiatan menunggu masa panen tiba tersebut, akhirnya banyak diikuti warga lainnya. (red/ant)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *