Kontribusi Besar Sawit Bagi Perekonomian Bangsa
DUTA TV — Ditengah gempuran stigma dan kampanye negatif yang dilakukan berbagai pihak di dari dalam dan luar negeri terhadap sawit, nyatanya tidak membuat komoditi ini terjerembab perkembangannya. Bahkan, komiditi ini diklaim mampu menjadi salah satu penyelamat perekomian bangsa Indonesia ditengah pandemi covid-19 yang masih terjadi. Data dari Badan Pusat Statistik, GAPKI dan APROBI menyebutkan untuk total nilai ekspor tahun 2020, sawit mampu menghasilkan US$ 22,97 milliar atau setara Rp 321,5 triliun (kurs Rp 14 ribu per dolar AS).lebih atau lebih tinggi dari tahun 2019 yakni US$ 20,22 milliar.
Ketua Bidang Komunikasi GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Tofan Mahdi, saat memaparkan Kontribusi Industri Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Nasional dalam kegiatan BPDPKS Journalist Fellowship & Training Batch II di Banjarmasin 12 November 2021, menyatakan, dari 16,3 juta Ha total luas lahan kelapa sawit berkontribusi besar terhadap serapan tenaga kerja di sektor pertanian, yakni 4,4 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung.
Begitu besarnya potensi sawit di Indonesia ini, lanjut Tofan, sawit mampu menjaga ketahanan energi. Terbukti, sawit berkontribusi besar terhadap penghematan devisa sebesar Rp. 51,73 Trilliun melalui mandatori B-20, sementara program mandatori B30 diperkirakan menghemat sebesar US$ 8 milliar atau sekitar Rp. 116 Trilliun.
Potensi besar sawit bagi perekonomian Indonesia juga terus dijaga dan ditingkatkan oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonsia (APKASINDO). Sebagai organisasi petani sawit terbesar di Indonesia yang memiliki anggota di 22 provinsi dan 117 kabupaten/ kota, APKASINDO sangat berkepentingan terhadap keberhasilan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Divisi Komunikasi Internal dan Eksternal DPP APKASINDO, M.Goldameir. Mektania mengungkapkan untuk mendukung program tersebut APKASINDO terus melakukan optimalisasi produktivitas petani sawit serta peningkatan SDM petani termasuk isu lingkungan yang menekankan perkebunan kelapa sawit hingga pendampingan sawit berkelanjutan (Sertifikat ISPO) dan legalitas lahan petani.
Golda menambahkan menuju optimalisasi petani sawit indonesia pihaknya gencar melakukan pendampingan dan pembinaan petani sawit milenial dengan melakukan adaptasi teknologi termasuk meningkatkan sistem pengelolaan kebun, sertifikasi ISPO dan advokasi aktif di new media guna edukasi positif tentang potensi sawit ditengah gempuran kampanye negatif tentang sawit.
Dengan pembinaan tersebut, lanjut Golda, bakal berdampak positif terhadap aspek sosial, ekonomi dan aspek ekologinya guna mendukung program UNDP Sustainable Development Goals.
Kepala Divisi UMKM BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) Helmi Muhansyah menyatakan saat ini semua komponen termasuk para jurnalis, harus berkolaborasi supaya framing sawit bukan lagi menjadi perusak ekosistem dan lingkungan serta penyebab banjir dll. Namun, perkebunan sawit dengan pengelolaan yang baik selain meningkatkan ekosistem berkelanjutan bagi wilayah sekitar juga bisa meningkatkan kesejahteraan perekonomian bangsa Indonesia umumnya dan warga sekitar area perkebunan yang bergantung pada industri perkebunan sawit.
Melihat kondisi ini, kedepan industri sawit terutama di Kalsel bisa meningkatkan perekonomian yang berkelanjutan. Guna mencapai misi ini, maka GAPKI Kalsel terus berupaya meningkatkan kolaborasi bersama para perusahaan perkebunan sawit.
Ketua GAPKI Kalsel, Eddy S. Binti mengatakan hingga kini perkebunan kelapa sawit di Kalsel sebanyak 89 perusahaan dan 50 perusahaan diantaranya menjadi anggota GAPKI. Selain itu, jelas Eddy, Kalsel juga memiliki pabrik kelapa sawit sebanyak 45 unit dengan kapasitas produksi sebanyak 2.450 Ton tbs/jam. Meskipun tidak memiliki luasan lahan yang luas, namun Kalsel telah memiliki dua refinery yakni SInar Mas Group kapasitas 3000 Ton tbs/ hari dan Golden Hobe group MIna Mas 2500 Ton tbs/hari.
Potensi inilah yang terus digarap oleh GAPKI Kalsel agar keberadaan Industri sawit terus berkelanjutan mengingat vitalnya komoditi tersebut bagi bangsa Indonesia. Pihaknya juga terus melakukan edukasi dan pemberdayaan, baik kepada para pelaku industri kelapa sawit maupun masyarakat sekitar untuk kesejahteraan bersama.
Industri Sawit Menambah Nilai Ekonomi dan Ketahanan Pangan Daerah
Industri Perkebunan di Kalsel sendiri saat ini sedikitnya ada 71 ribu orang yang tergantung di perkebunan kelapa sawit. Untuk itu, Pemprov Kalsel tidak bisa bekerja sendiri menangani perkebunan kelapa sawit, harus berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, drh. Suparmi MS menjelaskan terkait Instruksi Presiden nomer 6 tahun 2019 terkait Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan, dimana, Instruksi ini dijalankan oleh Kalsel yang seharusnya baru dilakukan pada tahun 2022, namun khusus di Kalsel mengambil tahun 2021 sebagai titik awal awal strategis untuk perkebunan sawit yang berkelanjutan yang tertuang dalam Rencana Aksi Daerah Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB) 2021-2024.
Lima komponen tersebut, jelas Suparmi, untuk mendukung program tersebut yakni, penguatan data, penguatan infratstruktur, penguatan kordinasi, peningkatan kapasitas dan kapabilatas pekebun, penataan lingkungan, penanganan sengketa, percepatan ISPO (Sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil)
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan mengapresiasi dari 89 perkebunan kelapa sawit di Kalsel, 50 lebih diantaranya telah bersertifikat ISPO. Kedepan pihaknya akan mempercepat proses ISPO untuk pekebun di Kalsel dalam kurun waktu lima tahun ini.
Saat ini, lanjutnya, untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pekebun serta penataan lingkungan yakni telah integrasi sawit sapi, ini membuktikan bahwa ada mahluk hayati lain yang bisa hidup dan menambah nilai tambah ekonomi menciptakan bisnis baru meningkatkan ketahanan pangan nasional dan khususnya Kalimantan Selatan.
“Ini menjadi program percepatan swasembada sapi adalah melibatkan perkebunan kelapa sawit, saat ini baru ada 4 sawit sapi di tingkat inti. Kedepan kita akan tingkatkan ditingkat plasma, melibatkan stakeholder terkait untuk mendukung program tersebut,” jelas Suparmi.
MoU dengan 7 perusahaan mendukung percepatan swasembada sapi potong di Kalimantan Selatan melalui program Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (Siska Ku Intip) yakni PT. Buana Karya Bakti, PT. Saka Kencana Sejahtera, PT. Citra Putra Kebun Asri, PT. Sinar Mas, PT. Gawi Makmur Kalimantan dan PT. Candi Artha.
Melalui program tersebut khususnya tingkat inti di PT. Buana Karya Bakti telah berhasil memproduksi sapi berbiaya rendah dengan harga sekitar Rp. 35.000 – Rp. 38.000
“Kenapa bisa murah, karena kita pelihara di perkebunan kelapa sawit melalui riset bersama Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership sebelumnya berhasil efisien dalam melakukan produksi sapi,” ungkapnya.
Melalui program Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership, 7 perusahaan sawit tersebut mendapatkan bantuan berupa sosialisasi, edukasi dan pilot project untuk mempercepat integrasi ketahanan pangan nasional.
“Ini semua menjawab semua stigma negatif tentang sawit yang kerap dijadikan sebagai kampanye negatif berbagai negara di Eropa. Dalam program tersebut, semua biomasa sawit bisa dilakukan, hasil limbah sapi kembali ke sawit, sehingga ekosistem dan lingkungan berjalan seimbang,” jelas Suparmi ketika menjelaskan terkait manfaat sawit bagi kehidupan kepada peserta Journalist Fellowship and Training Batch II 2021 Wilayah Kalimantan di Banjarmasin.
Dalam industri sawit merupakan industri padat karya mulai hulu hingga hilir melibatkan banyak pekerja, mulai petani, karyawan pengolah hingga yang terlibat dalam distribusinya. PT. Citra Putra Kebun Asri (CPKA) yang terletak di Jorong Kabupaten Tanah Laut misalnya, Perusahaan perkebunan sawit yang telah berdiri sejak 2004 ini, menjadi salah satu penggerak perekonomian di Tanah Laut. Pabrik pengolahannya sendiri telah beroperasi sejak tahun 2014 lalu, dengan luasan lahan hak guna usaha 30.000 hektare, PT. CSKA mampu menghasilkan 22 ribu ton per tahun dan CPO 4.000 ton perbulan.
Manager Kebun, Eko Priyatno mengungkapkan dengan luas 3.000 plasma inti dengan pabrik 45 ton/jam menyedot hingga 800 orang yang terlibat. Artinya, lanjut Eko, keberadaan perkebunan ini terus beroperasi berkat kolaborasi bersama seluruh pihak termasuk masyarakat setempat.
Kiky A