Kalsel Bersiap Jadi Pusat Ekonomi Hijau Indonesia
Banjarmasin, DUTA TV — Kalimantan Selatan mulai bersiap untuk menjadi pusat ekonomi hijau Indonesia. Kesiapan itu disampaikan Gubernur Kalsel, dalam seminar internasional yang digelar bank Indonesia, bertema strategi pembangunan hijau untuk Kalimantan Baru.
Perubahan iklim yang cukup ekstrem, membuat Kalsel harus mentransformasi perekonomian, sekaligus memperkuat strategi pembangunan daerah yang lebih berorientasi pada lingkungan.
Hal itu tentu sudah didukung dengan perda Provinsi Kalsel nomor 7 tahun 2018 tentang gerakan revolusi hijau.
Hasil dari seminar ini diharapkan bisa menjadi solusi dan sumbangsih saran untuk Kalsel dalam meningkatkan perekonomian berbasis lingkungan.
Sementara, kepala perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan mengatakan, sebagai provinsi dengan pangsa perekonomian terbesar di Indonesia, Kalsel perlu menyesuaikan strategi pembangunan agar ekonomi tetap tinggi, stabil dan berkelanjutan. Sehingga melalui seminar ini, bisa didapat masukan dan rumusan strategi transformasi perekonomian Kalsel yang selama ini masih bertumpu pada sektor pertambangan batubara.
“Hari ini kerja sama dengan Pemprov Kalsel mengadakan seminar tentang transformasi hijau Kalimantan Baru, melihat kegiatan ekonomi berbasis SDA khsusunya batubara memang sudah harus memikirkan kegiatan yang bersifat ramah lingkungan dan kami berkomitmen mengurangi emisi karbon jadi memang seminar ini kami harapkan sebagai sharing pengalaman untuk transformasi ekonomi kita menjadi bagaimana lebih ramah lingkungan, ini bagian kontribusi kami Bank Indonesia dengan Pemprov Kalsel secara bersama membangun ekonomi lebih konsisten dan ramah lingkungan,” kata Imam Subarkah kepala perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan.
Transformasi hijau sendiri, menjadi tantangan bagi Kalsel terutama bagi Indonesia, menyusul Indonesia menjadi satu dari 40 negara yang ikut menandatangani kesepakatan transisi global menuju negara bersih pada Oktober 2021 lalu, dan berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca yang tercatat cukup tinggi mencapai 29 persen. Seminar ini sendiri, dihadiri Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut, Binsar Pandjaitan dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo secara daring.
Seminar menghadirkan narasumber dari berbagai universitas, seperti akademisi University California, akademisi dari Institut Pertanian Bogor serta dari otoritas jasa keuangan.
Reporter : Evi Dwi Herliyanti