Indeks Potensi Radikalisme di Kalsel Meningkat, FKPT Kalsel Fokus Lindungi Generasi Muda

Banjarmasin – dutatv.com, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalsel menyoroti meningkatnya Indeks Potensi Radikalisme (IPR) di Kalsel dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini dinilai perlu diantisipasi secara serius, terutama karena potensi paparan radikalisme kini menyasar kalangan remaja dan generasi Z.

Komitmen tersebut terungkap dalam gelaran Refleksi akhir tahun dengan tema “Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kalimantan Selatan” Dalam rangka meningkatkan peran dan serta masyarakat dan bersinergi dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme” di Banjarmasin, Jumat (19/12).

Ketua FKPT Kalsel, Muhammad Fauzi Makki, menegaskan bahwa peningkatan indeks tersebut menjadi peringatan dini bagi semua pihak agar memperkuat langkah pencegahan secara kolaboratif.

“Peningkatan Indeks Potensi Radikalisme ini harus dibaca sebagai alarm bersama. Pencegahan tidak bisa hanya dibebankan kepada aparat keamanan, tetapi memerlukan peran aktif pemerintah daerah, tokoh agama, pendidik, media, hingga keluarga,” ujar Fauzi Makki.

Berdasarkan data FKPT Kalsel, posisi Kalimantan Selatan pada Indeks Potensi Radikalisme mengalami kenaikan. Pada 2022, Kalsel berada di peringkat 20 nasional, sementara pada 2024 naik ke peringkat 15, dengan kenaikan sekitar 1,2 poin.

“Semakin naik peringkat, semakin tinggi potensi risikonya. Karena itu, penguatan nilai kebangsaan dan moderasi beragama harus terus dilakukan, khususnya kepada generasi muda,” tambahnya

Ketua FKPT Kalsel juga mengungkap hasil penelitian tahun 2024 menunjukkan remaja rata-rata menghabiskan hampir enam jam per hari berselancar di media sosial. Kondisi ini membuka peluang masuknya konten bermuatan radikalisme melalui platform digital.

Kabid Penelitian dan Pengkajian FKPT Kalsel, Mukhdiansyah mengungkapkan sepanjang 2025, FKPT Kalsel telah melaksanakan berbagai kegiatan pencegahan radikalisme melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, dan berbagai pihak lainnya. Kegiatan tersebut meliputi sosialisasi di lingkungan kampus, seperti di UIN Antasari, kegiatan kepemudaan dan media, serta penelitian Indeks Risiko Terorisme (IRT) dan Indeks Potensi Radikalisme (IPR).

FKPT Kalsel juga menggelar sosialisasi di tiga daerah, yakni Kabupaten Tanah Bumbu, Hulu Sungai Utara, dan Barito Kuala.

Untuk penelitian IRT, responden melibatkan enam institusi dan organisasi yakni Polres, Kodim, Badan Intelijen Negara, Kesbangpol, serta organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Sementara penelitian IPR melibatkan masyarakat umum di enam kabupaten/kota, yakni Tanah Bumbu, Balangan, Tapin, Kabupaten Banjar, Barito Kuala dan Banjarmasin.

“Hasil sampling tersebut akan dirilis secara resmi pada Februari atau Maret 2026 saat Rakornas BNPT,” jelas Kabid Penelitian dan Pengkajian FKPT Kalsel, Mukhdiansyah.

Menanggapi hal tersebut, Kabid Media FKPT Kalsel, Zainal Helmi, menyampaikan bahwa pihaknya terus memperkuat edukasi publik melalui kolaborasi lintas sektor.

“FKPT Kalsel berkolaborasi dengan Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat dan para pelajar terkait ancaman dan bahaya terorisme serta paham radikalisme. Edukasi ini kami lakukan melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan program lainnya sepanjang tahun 2025,” jelas Zainal Helmie.

Ia menambahkan, pendekatan media dan literasi digital menjadi salah satu strategi penting untuk menjangkau generasi muda yang aktif di ruang digital

Sementara itu, Ketua FKPT Kalsel menilai tantangan tahun 2026 semakin kompleks seiring masifnya konten digital yang menyasar anak-anak muda. Dari temuan lapangan, terdapat anak usia 12 hingga 15 tahun yang terindikasi terpapar paham radikal.

Bahkan, berdasarkan identifikasi Densus 88 di Kalsel ada tiga pelajar terindikasi terpapar radikalisme, bahkan salah satu anak tersebut diketahui pernah tergabung dalam satu grup WhatsApp dengan pelaku pengeboman di SMA Negeri 72 Jakarta.

“Kita berharap pada 2026 tidak lagi ditemukan kasus anak-anak yang terpapar radikalisme. Pencegahan sejak dini adalah kunci,” kata Fauzi Makki.

Sebagai langkah antisipasi, FKPT Kalsel menggandeng mantan narapidana terorisme (napiter) untuk berkolaborasi memberikan edukasi kepada generasi muda. Selain itu, pembentukan Duta Damai dan Duta Pelajar terus didorong agar pesan anti radikalisme dan bijak bermedia sosial dapat tersampaikan secara lebih efektiif.

Kabid Agama, Sosial, dan Budaya FKPT Kalsel, Muhammad Syaufi, menyampaikan pihaknya terus melakukan pertemuan lintas agama serta koordinasi dengan para alim ulama untuk menyamakan persepsi dalam penanganan intoleransi dan radikalisme.

FKPT Kalsel Gelar Refleksi Akhir Tahun

FKPT Kalsel juga mendorong penguatan kelembagaan di daerah, termasuk pembentukan FKPT di Kabupaten Balangan dan Kota Banjarmasin. Namun, keterbatasan pembiayaan masih menjadi kendala karena FKPT kabupaten/kota bergantung pada dukungan APBD masing-masing daerah.

Melalui berbagai langkah tersebut, FKPT Kalsel berharap Indeks Risiko Terorisme dan Indeks Potensi Radikalisme di Kalimantan Selatan dapat ditekan hingga berada di kisaran peringkat 20–25 nasional pada tahun-tahun mendatang.
Tim.

 

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *