Facebook: Reaksi Berlebihan Terhadap Dampak Buruk Medsos
Eksekutif Facebook sekaligus mantan Deputi Perdana Menteri Inggris, Nick Clegg berpendapat bahwa orang-orang memberikan reaksi berlebihan terhadap aspek buruk media sosial.
Menurutnya reaksi berlebihan ini justru akan merusak potensi aspek positif dari media sosial. Cleg menyampaikan perlawanan terhadap ‘tech lash’ disela pidatonya di Berlin, Jerman. ‘Tech lash’ merupakan gelombang peningkatan pengawasan terhadap perusahaan teknologi seperti Facebook.
“Kami hampir saja menghamburkan kebaikan media sosial dengan bereaksi berlebihan terhadap keburukan media sosial,” ujar Clegg.
Dalam dua tahun terakhir Facebook dihadapkan pada berbagai skandal mulai dari kebocoran data hingga privasi pengguna.
Skandal yang paling terkenal adalah kasus kebocoran 87 juta data pengguna Facebook yang melibatkan Cambridge Analytica.
Selain itu ada pula kasus saat Facebook secara tidak langsung berperan menyebarkan ujaran kebencian di berbagai negara, salah satunya Myanmar. Clegg mengakui jika perusahaan telah keliru dalam menangani data penggunanya di masa lalu.
“Facebook tidak selalu berpikir mendalam tentang bagaimana layanannya dapat digunakan atau disalahgunakan,” ungkapnya seperti dikutip dari Business Insider.
Kendati demikian Clegg mengkritik orang-orang yang menuduh perusahaan melakukan banyak kerusakan pada demokrasi dan dalam diskursus publik.
Beberapa tuduhan yang yang dilontarkan kepada Facebook, disebut Clegg jauh dari sasaran. Ia kemudian menyebutkan beberapa tuduhan seperti berkolaborasi dengan Rusia, Iran, Bilderbeg Group, Iluminati, hingga orang-orang yang memalsukan pendaratan bulan.
“Ada juga tuduhan memanipulasi warga negara, memanipulasi pemilihan dan menghancurkan institusi demokrasi kita,” jelasnya.
Clegg secara terang-terangan menangkis tuduhan bahwa Rusia menggunakan Facebook untuk memengaruhi referendum Brexit. Ia mengatakan tidak ada bukti konkret terhadap tuduhan tersebut.
Clegg khawatir reaksi berlebihan terhadap dampak negatif media sosial justru akan membentuk fobia terhadap penggunaan media sosial.
“Kita membuat hampir tidak mungkin bagi teknologi untuk berinovasi dengan benar. Yang terpenting, mari kita ingat pertempuran dominasi teknologi antara Amerika Serikat dan China,” kata Clegg.
“Di China tidak ada penyesalan mendalam tentang bagaimana data digunakan, tidak ada kekhawatiran tentang undang-undang privasi, perlindungan data, dan sebagainya,” lanjutnya seperti mengutip Daily Mail.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi