Di Sini Dilarang Jual Nasi, Mitosnya Serammm …
Kebumen, DUTA TV — Sebuah desa di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah memiliki sebuah kepercayaan unik yang dilakukan warganya secara turun temurun. Kepercayaan tersebut berkenaan dengan dilarangnya penjualan nasi putih oleh seluruh masyarakat Desa Penimbun, Kecamatan Karanggayam.
Usut punya usut, pantangan tersebut juga ditaati oleh seluruh pengusaha makanan di sana, sehingga mustahil kita bisa menemukan warung makan yang menyediakan nasi hingga warung nasi goreng di wilayah tersebut.
Kepercayaan tersebut diketahui adanya perintah nenek moyang meminta agar tidak menjual nasi bagi warga di sana. Jika melanggar konsekuensinya akan ada warga yang terkena musibah, bahkan meninggal dunia.
Jika menginginkan nasi, penduduk boleh memberikannya namun tidak boleh meminta bayaran alias gratis.
Saat dikonfirmasi Sekretaris Desa Penimbun, Simin Prayogi beberapa waktu lalu, ia mengungkapkan jika aturan tak tertulis tersebut berawal saat zaman nenek moyang dahulu.
Saat itu terdapat seorang musafir yang melewati kawasan Penimbun dan merasa kelaparan. Musafir tersebut pun mencoba meminta nasi ke setiap rumah yang dilewatinnya namun tak ada yang memberi.
Disebutkan Simin, keadaan tersebut karena warga Penimbun saat itu berada dalam kondisi yang sulit sehingga warga terpaksa menolak permintaan musafir tadi.
“Intinya saat itu sang musafir mengeluarkan kata-kata semacam kutukan, jika warga Penimbun dan anak cucunya kelak ada yang jualan nasi maka akan ada musibah di desa sini, musibahnya berupa kematian,” ungkap Simin melansir dari kanal wara-wirikebumen.com
Sehingga jika ada warga yang mencari nasi putih untuk jamuan keluarga, biasanya akan mencari ke desa lain atau ke kota.
Namun diungkap pemerintah desa di sana bahwa ada pesan lain di balik larangan berjualan nasi putih.
Yakni mengingat daerah Desa Penimbun merupakan kawasan dengan kandungan air yang tidak terlalu banyak. Hal itu lah yang membuat para petani zaman dahulu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengembangkan tanaman padi karena berisiko puso.
Hal tersebut yang kemudian menjadikan beras hasil panen (terutama nasi) memiliki arti yang lebih bagi kelangsungan hidup (makanan pokok), sehingga dijadikanlah nasi hanya untuk kebutuhan warga, tidak untuk dijual ke yang lain.(mer)