Pembahasan kali ini mengenai Komunikasi High Context dan Low Context? Mungkin terdengar asing didengar, tapi sering kita jumpai dalam sehari-hari. Komunikasi High Context adalah perkataan dengan tipe yang suka berputar-putar dalam memberikan pernyataan sebelum menjelaskan maksud dan tujuan yang sebenarnya.
Komunikasi konteks tinggi adalah komunikasi yang bersifat implisit dan ambigu, yang menuntutpenerima pesan agar menafsirkannya sendiri. Komunikasi konteks tinggi bersifat tidak langsung dan tidak apa adanya. Indonesia termasuk pengguna tipe komunikasi seperti ini yang berbeda dengan negara bagian barat, lebih mengarah kepada to the point dalam penyampaian pendapat, aspirasi atau kalimatnya. Sebagai contoh : “Hari ini baju yang kamu pakai cukup bagus, cuma kayanya warna Biru juga menarik kalau kamu pakai dalam forum ini supaya ada kesan elegannya dan bisa sesuai dengan tema hari ini”
Lalu bagaimana dengan Komunikasi Low Context ?
Komunikasi konteks rendah atau low contect adalah komunikasi yang bersifat langsung, apa adanya, lugas tanpa berbelit-belit atau yang biasa kita kenal dengan cara bicara blak-blakan. Karakter komunikasi semacam ini biasa terjadi di Barat, mereka sukanya to the point dan tidak suka basa-basi. Sebagai contoh : Saya tidak suka dengan pakaian yang anda kenakan hari ini.
Perbedaan keduanya memang terlihat jelas, namun dalam beberapa kesempatan kita bisa menerapkan sesuai dengan penempatannya, lawan bicara dan situasi kondisi yang memungkinkan agar sebagai pembicara, baik dalam sebuah acara atau sehari-hari tetap masih bisa menjaga kualitas dan citra diri dengan mengedepankan etika dalam berkomunikasi.
IG : @gustimuhammadhermawan