Maestro Lagu Banjar Anang Ardiansyah, Dalam Biografi “Abah Raja Ai”
Banjarmasin, DUTA TV — Nama maestro lagu banjar Anang Ardiansyah, hingga kini masih melekat di benak kita dan tak sedikit tembang emas berbahasa banjar dilantunkan seniman bahari hingga remaja milenial masa kini.
Bagaimana kirpah perjalanan semasa hidupnya, kini sudah dituangkan dalam bentuk biografi karya dua penulis banua, yakni Riswan Irfani yang tak lain salah satu anak sang maestro dan seorang penulis aktif Nasrullah yang bukunya diberi judul ‘Abah Raja Ai’
Biografi kisah selama hidupnya yang berkiprah mencipta lagu diabadikan menjadi sejarah dalam bentuk buku.
Sedikitnya ada 123 karya lagu yang terabadikan dalam karya tulis yang tahap pertama ini dicetak sebanyak 300 eksemplar.
“Kebetulan beliau yang tangkap ini, kami susun 2009 dan 2010. Kami memancing siapa yang peduli dengan kiprah beliau, kami coba dokumentasikan saja. Ternyata pak Ibnu peduli mendonasi bersama yang lain,” tutur Riswan Irfani Penulis Buku ‘Abah Raja Ai’
“Berkaitan dengan judul lagu, kita perlu hargai beliau disitu menceritakan bagaimana narasi seorang anak yatim. Gambaran buku perjalanan anang sebagai penulis lagu, penyanyi, mampu ciptakan, beliau sekaligus peneliti walaupun bukan akademisi, beliau riset sebelum mencipta, sehingga banyak lagu beliau yang hits,” kata Nasrullah Penulis Buku ‘Abah Raja Ai’
Dalam agenda bedah buku Abah Raja Ai ini, juga dihadiri Wali Kota Ibnu Sina yang mengapresiasi karya dua penulis dan sekaligus menjadi kado Hari Jadi Kota Banjarmasin ke 494 di tahun 2020.
“Selamat terbitnya buku sangat monumental Abah Anang Ardiansyah, judulnya sangat sesuai, sebuah apresiasi seniman kalimantan. Abah anag tidak hanya milik Banjarmasin, ini motivasi seniman lain melahirkan lagu. Apa yang ada hari ini hanya sedikit dari kiprah beliau. Banjarmasin terlalu kecil untuk jasa Abah Anang harusnya lebih dari itu. Ini kado hari jadi kota Banjarmasin,” kata Ibnu Sina Wali Kota Banjarmasin
Bedah buku sang maestro lagu banjar ini menghadirkan dua orang narasumber budayawan Muchlis Maman dan wartawan senior Almin Hatta, yang mengupas kisah hidup dan sosok seorang Anang Ardiansyah yang kekeh memperjuangkan budaya khas banjar melewati sebuah karya lagu.
Reporter : Fadli Rizki dan Zein Pahlevi