Respon Tentang Budaya Literasi Warga Indonesia 0,001 %
Jakarta, DUTA TV — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menanggapi anggapan kemampuan baca dan tulis penduduk Indonesia rendah. Tingkat literasi pada level bawah ini muncul setelah UNESCO memaparkan minat baca warga hanya 0,001 persen atau satu dari 1.000 orang.
Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek Prof Aminudin Aziz mengkritisi data tersebut lantaran tak semuanya dapat diterima. Walau begitu dia mengatakan data tersebut bisa dipakai untuk pembelajaran agar meningkatkan kualitas literasi penduduk.
Pembelajarannya, kata dia, seperti perbaikan infrastruktur, sekolah, buku dan Sumber Daya Manusia yang dikatakan saling terkait.
“Darurat literasi memang, tapi sebenarnya tidak sedarurat itu. Sebetulnya tidak semuanya, karena kita punya anak sekolah di jenjang yang berbeda dan situasi yang berbeda,” katanya, Sabtu (30/9), diberitakan Antara.
Aminudin mengatakan pihaknya bakal terus berupaya menyediakan bacaan yang menarik sesuai usia dan tahapan membaca. Salah satunya dengan cara melibatkan anak langsung untuk menentukan buku yang menurut dia baik.
“Buku anak yang beredar selama ini adalah buku anak yang berdasarkan perspektif orang tua. Sekarang, kami kembangkan buku bacaan dengan DKT bersama para ahli dan anak secara langsung,” papar dia.
Menyasar anak sebagai sasaran awal pengembangan buku bacaan dikatakan biar seseorang tertarik membaca sejak kecil. Kebiasaan ini diharapkan bisa terus dilakukan sampai dewasa.
Selain itu, Kemendikbudristek juga melakukan pelatihan kepada utusan dari berbagai daerah secara nasional dan regional untuk dapat menumbuhkan minat baca di daerahnya masing-masing. Pelatihan tersebut melibatkan banyak pihak seperti ahli, pegiat literasi, Kepala Sekolah, guru, serta mahasiswa yang sedang mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).(cnni)