Banjarmasin, DUTA TV — Musim kemarau dengan cuaca panas berlebih hingga menyebabkan kekeringan tengah melanda sejumlah daerah di Indonesia, tak terkecuali di Kalimantan Selatan.
Kekeringan hingga merugikan sektor pertanian ini diakibatkan fenomena el nino yang juga terjadi di Indonesia.
Seperti yang diketahui, el nino merupakan pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.
El nino disebut sebut dapat mengurangi curah hujan dan memicu terjadinya kekeringan.
Selain kerugian bagi para petani, kondisi ini berdampak terhadap kesehatan, seperti demam berdarah serta permasalahan kulit.
Saat cuaca hangat, nyamuk akan lebih mudah berkembang biak, frekuensi gigitan nyamuk akan meningkat tiga hingga lima kali lipat jika suhu di atas 30 derajat celcius.
Selain itu, permasalah kulit akibat cuaca panas juga tak bisa dianggap enteng.
Dikutip dari republika.co.id, ahli Dermatologi Universitas Airlangga dr. Irmadita Citrashanty mengungkpkan jika kulit harus terhindar dari paparan sinar ultra violet.
Warga dihimbau untuk menghindari beraktivitas di luar rumah pada jam jam indeks UV meningkat yakni pada pukul 10.00 hingga 13.00.
Selain itu, warga disarankan untuk dapat melindungi kulit dari pajanan sinar dengan menggunakan topi, baju lengan panjang, serta kaca mata.
Penggunaan suns screen dengan SPF 30 PA+3 juga dinilai dapat membantu. Aplikasikan krim matahari tersebut per 3 hingga 4 jam sehari.
Pengurus lembaga pengembangan dan pelatihan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia (Perdoski) itu juga menerangkan sejumlah bahaya ketika kulit terpapar sinar UV. Pertama, sunburn atau luka bakar.
Kedua, paparan sinar uv juga dapat mengakibatkan penuaan dini yaitu terjadinya penuaan lebih awal daripada seharusnya. Tanda-tanda penuaan dini ini bisa berupa hiperpigmentasi, kerutan wajah, kekenduran kulit, hingga keratosis seboroik atau kutil yang muncul lebih awal dari usia.
Terakhir, kanker kulit. Insidensi kanker kulit di Indonesia dan negara-negara asia memang cenderung lebih rendah dibandingkan ras kulit putih di negara-negara barat. Namun, tidak dioungkiri hal itu bisa menjadi potensi terjadinya kanker kulit.
Fenomena el nino ini sendiri diperkirakan akan terus belangsung hingga awal Agustus mendatang.
Tim liputan