Storytelling untuk Meningkatkan Kesadaran Perlindungan Satwa Liar: OHAWE Project di Taman Wisata Alam Pelaihari

Pelaihari, DUTA TV – Storytelling menjadi salah satu cara dalam meningkatkan kesadaran perlindungan satwa liar, khususnya kepada anak-anak usia sekolah.

One Health Collaborating Center (OHCC) Udayana melalui proyek The Application of One Health Approach to Raise Wildlife Protection Awareness (OHAWE) memfasilitasi kegiatan storytelling (bercerita) di Kalimantan Selatan. Kegiatan ini berlangsung di Taman Wisata Alam (TWA) Pelaihari dan melibatkan berbagai pihak, termasuk Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Resort TWA Pelaihari, serta tim akademisi dari OHCC Udayana.

Sebelum pelaksanaan storytelling, telah dilakukan penyusunan buku cerita yang bertemakan beruang madu (Helarctos malayanus). Buku ini disusun untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang kondisi beruang madu yang semakin mengkhawatirkan. Beruang madu saat ini berstatus rentan punah (vulnerable) berdasarkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List akibat penurunan populasi yang signifikan, maraknya perburuan liar, serta hilangnya habitat alami mereka. Buku cerita ini dibagikan kepada peserta kegiatan dan akan didistribusikan ke beberapa tempat lainnya sebagai bagian dari kampanye edukasi konservasi satwa liar.

Kegiatan storytelling dihadiri oleh 75 siswa SD kelas 4-6 dari SDN 1 Galam dan SDN 1 Batakan. Melalui cerita interaktif, anak-anak diajak memahami pentingnya perlindungan beruang madu dan upaya bersama dalam mencegah kepunahannya.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh tim OHCC Udayana yang dipimpin oleh Koordinator OHCC Udayana, Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K), serta Regional Coordinator OHAWE Project OHCC Udayana Wilayah Kalimantan Selatan, Juniati Rahmadani, S.Si., MPH. Kehadiran tim ahli dari Udayana menunjukkan kolaborasi akademik yang kuat dalam mengembangkan pendekatan inovatif berbasis One Health untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu perdagangan satwa liar dan konservasi satwa endemik.

Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK(K) menyampaikan, “Kegiatan storytelling hari ini merupakan bagian penutupan dari rangkaian kegiatan pembuatan buku cerita anak-anak mengenai satwa liar dalam tiga bahasa yaitu bahasa daerah masing-masing, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Tujuan pembuatan buku cerita ini adalah untuk mengedukasi anak-anak usia SD agar menjaga satwa liar sehingga tidak punah dan untuk menyadarkan anak-anak akan adanya dampak dari sisi kesehatan yang disebut dengan zoonosis.

Pembuatan buku cerita ini merupakan kerjasama antara OHCC Udayana dengan GIZ. Berharap dengan adanya buku cerita dari 10 provinsi yang direncanakan dapat menambah wawasan anak-anak akan satwa liar.”

Sementara itu, Juniati Rahmadani menambahkan, “Kegiatan ini sangat bermanfaat dan berharap melalui kegiatan ini siswa siswi menjadi sadar akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan sekitar mereka. Berharap kegiatan serupa juga bisa dilakukan di daerah lain dan bahkan mungkin edukasi perlindungan satwa liar lain, tidak hanya beruang madu.

Edukasi ini penting agar satwa liar tetap bisa hidup di habitatnya, dan ekosistem mereka tidak terganggu sehingga juga tidak akan muncul konflik antara satwa liar dan manusia. Selain itu, tidak adanya interaksi dengan satwa liar akan mencegah terjadinya risiko kesehatan terkait penularan penyakit dari satwa liar ke manusia.”

Salah satu siswa peserta kegiatan berbagi kesannya, “Sangat senang dengan kegiatan ini, dan baru tahu bahwa beruang madu ada di Kalimantan Selatan.

Ceritanya sangat seru dan menyenangkan. Pesan yang diperoleh agar melestarikan hutan dan beruang madu, tidak boleh memelihara atau memberi makan beruang madu. Berharap cerita ini juga akan memberikan manfaat kepada teman-teman yang lain.”

Seorang guru yang turut hadir dalam kegiatan ini juga menyampaikan pandangannya, “Acara hari ini sangat menarik dan bermakna karena melalui seni peran, anak-anak dapat memahami cerita beruang madu yang mengedepankan pelestarian alam yaitu perlindungan hutan. Itu sangat bermanfaat bagi generasi muda untuk menjaga kelestarian alam.”

Salah satu perwakilan orang tua siswa tidak ingin ketinggalan untuk berbagi pengalamannya mengikut kegiatan storytelling ini dan berpendapat, “Merasa bangga dengan kegiatan ini, karena anak-anak jadi lebih bisa memahami tentang alam dan hewan-hewan yang harus dilindungi, termasuk beruang madu.”

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pelaihari mewakili BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan juga berbagi pendapatnya mengenai kegiatan storytelling ini dengan menyatakan, “Berterima kasih kepada OHCC Udayana yang telah menyelenggarakan kegiatan ini dan berharap kegiatan ini menjadi bagian kampanye konservasi untuk membangun kesadaran mengenai konservasi khususnya pada generasi muda dan anak-anak yang ada di sekitar kawasan konservasi. Berharap kegiatan seperti ini tidak hanya dilakukan di kawasan TWA Pelaihari, namun juga di kawasan konservasi lain yang ada di wilayah BKSDA Kalsel.”

Program OHAWE tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap perlindungan satwa liar tetapi juga menjadi bagian dari riset akademik untuk memahami efektivitas pendekatan storytelling dalam pendidikan konservasi. Harapannya, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi inisiatif serupa di berbagai daerah di Indonesia.

Melalui kegiatan ini, diharapkan generasi muda dapat lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi risiko penyebaran zoonosis yang berhubungan dengan perdagangan satwa liar. OHAWE Project berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan edukasi dan kolaborasi demi menciptakan masa depan yang lebih lestari bagi
satwa liar Indonesia.

Tim Liputan