Peternak Ayam Mandiri ‘Istirahat’, Tunggu Situasi Kondusif

Jakarta, DUTA TV —  Peternak ayam ras (broiler) menjerit akibat lonjakan biaya produksi. Mulai dari harga anakan ayam (day old chicken/ DOC) final stock (FS), hingga lonjakan harga pakan.

Sementara, harga daging ayam ras di pasar terpantau terus naik dan diprediksi akan berlanjut. Namun, peternak mengkhawatirkan kenaikan harga tidak akan terjadi di tingkat kandang (farm gate) karena mempertimbangkan daya beli.

Akibatnya, banyak peternak mandiri yang memilih berhenti beternak ayam hingga menunggu situasi kondusif, atau mengurangi jumlah ayam yang akan diternak. Pasalnya, harga daging ayam di pasar diprediksi masih akan terus naik, tapi harga jual peternak tidak dapat terkerek.

“Harga beli kita untuk pakan sudah naik dua kali sejak akhir Desember 2021, sekitar Rp200-400 per kg, bervariasi. Harga DOC dari posisi Desember 202 itu Rp6.200 – 6.300 per ekor sekarang sudah Rp7.200 – 7.400 per ekor. Pakan sudah Rp8 ribuan per kg,” kata Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022).

“Sementara, harga farm gate live bird (harga jual peternak) Rp18.000 – 19.500 per kg ayam hidup. Sementara biaya produksi sudah Rp19.000 – 20.000 per kg. Kita nggak bisa langsung ikut menaikkan harga karena takutnya daya beli,” ujarnya.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat, harga daging ayam ras segar pada 10 Maret 2022 naik Rp150 menjadi Rp36.200 per kg. Dan, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat rata-rata harga nasional adalah Rp35.400 per kg.

“Sudah seminggu ini harga ayam di farm gate segitu-segitu saja. Tapi, kalau di pasar saja sudah Rp34-55 ribu per kg, kalau peternak jual Rp20 ribu saja itu susah, sudah mentok. Akibatnya, beternak ayam nggak menarik lagi buat peternak mandiri. Berbeda dengan peternak integrator, perusahaan,” ujarnya.

Integrator, lanjutnya, memiliki modal yang kuat dan akses bahan baku yang mumpuni sehingga bisa menekan biaya produksi lebih efisien.

Kondisi serupa yang berulang bertahun-tahun ini, kata dia, tidak pernah mendapat solusi dari pemerintah. Akibatnya, katanya, jumlah peternak mandiri terus menyusut. Antara tutup total, dicaplok perusahaan integrator, atau memangkas kapasitas.(cnbci)

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *