DUTA TV BANJARBARU – Hentakan gamelan yang menjadi salah satu ciri khas seni tradisi wayang kulit Banjar mencuri perhatian penonton yang menyimak kisah perwayangan dalam bahasa Banjar Hulu Sungai, Sabtu (17/08) malam.
Dalang muda Taufik Erha atau Dalang Ufik dari sanggar Wayang Anak Pandawa Asal Desa Barikin Hulu Sungai Tengah tampil di museum Lambung Mangkurat membawakan kisah berjudul Prahara di Amarta.
Berbeda dengan wayang kulit Jawa, wayang kulit Banjar tidak didampingi sinden. Dalang bersama para pemain alat musik pengiringnyapun juga berpakaian sederhana.
Kepala Museum Lambung Mangkurat, Ikhlas Budi Prayoga berharap dengan digelarnya sarasehan dan pagelaran seni wayang kulit Banjar, diharapkan bisa menjadi sarana untuk melestarikan kesenian tradisional era Kerajaan Negara Dipa  yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia ini.
Meskipun diakuinya, hingga saat ini wayang Banjar masih belum berkembang maksimal.
“Banyak kendala yang dihadapi untuk pengembangan wayang kulit Banjar,â€ujarnya.
Pihak museum juga berharap agar instansi dan masyarakat turut berpartisipasi menggelar wayang kulit Banjar dalam berbagai event, untuk meningkatkan gairah para seniman dalam berkiprah melestarikan budaya Banjar.
Reporter : Tarida Sitompul