Nuzulul Qur’an: Sejarah, Makna, dan Tradisi

Duta TVNuzulul Qur’an adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menandai turunnya wahyu pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Peristiwa ini terjadi di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di Jabal Nur, sekitar 6 km sebelah utara Mekkah. Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai tanggal pastinya, mayoritas ulama dan umat Islam di Indonesia memperingati Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan setiap tahunnya.

Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW sering mengasingkan diri di Gua Hira untuk merenung dan mencari ketenangan batin. Pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M, beliau menerima wahyu pertama yang berupa lima ayat dari Surah Al-Alaq. Ayat-ayat tersebut adalah:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)

Turunnya ayat-ayat ini menandai dimulainya kenabian Muhammad SAW dan menjadi awal dari penyebaran ajaran Islam. Al-Qur’an kemudian diturunkan secara bertahap selama 23 tahun, yaitu 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.

Makna dan Keutamaan Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an bukan hanya sekadar peringatan sejarah, tetapi juga momentum bagi umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan petunjuk hidup yang sempurna, memberikan panduan dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual, moral, maupun sosial. Peringatan Nuzulul Qur’an mengingatkan umat Islam akan pentingnya membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Tradisi Peringatan Nuzulul Qur’an di Indonesia

Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki berbagai tradisi unik dalam memperingati Nuzulul Qur’an. Berbagai daerah memiliki cara tersendiri untuk merayakan momen bersejarah ini, yang tidak hanya memperkaya khazanah budaya tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarumat. Berikut beberapa tradisi peringatan di Indonesia:

  1. Tradisi Seribu Tumpeng di Solo, Jawa Tengah

    Di Kota Solo, peringatan Nuzulul Qur’an dirayakan dengan tradisi “Seribu Tumpeng” atau dikenal juga sebagai “Maleman Sriwedari”. Pada tanggal 21 Ramadhan, masyarakat mengarak tumpeng dari berbagai penjuru kota menuju Joglo Sriwedari. Arak-arakan tumpeng ini melambangkan kebersamaan dan rasa syukur atas turunnya Al-Qur’an. Setelah tiba di lokasi, tumpeng-tumpeng tersebut dinikmati bersama oleh warga sebagai simbol kebersamaan dan keberkahan.

  2. Tradisi Kuwah Beulangong di Aceh

    Di Aceh, peringatan Nuzulul Qur’an dikenal dengan tradisi “Kuwah Beulangong”. Tradisi ini melibatkan masak bersama dalam kuali besar (beulangong) yang berisi gulai daging sapi atau kambing dengan bumbu khas Aceh. Masyarakat berkumpul untuk memasak dan kemudian menyantapnya bersama-sama. Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur tetapi juga mempererat silaturahmi antarwarga.

  3. Tradisi Maleman di Lombok, Nusa Tenggara Barat

    Masyarakat Lombok memiliki tradisi “Maleman” untuk memperingati Nuzulul Qur’an. Pada malam 17 Ramadhan, warga menyalakan obor tradisional yang disebut “dilah jojor” yang terbuat dari buah jamplung. Setelah menyalakan obor, mereka bersama-sama melantunkan sholawat dan doa sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan atas turunnya Al-Qur’an.

  4. Khataman Al-Qur’an dan Doa Bersama

    Di berbagai daerah, peringatan ini diisi dengan kegiatan khataman Al-Qur’an, yaitu membaca juz terakhir Al-Qur’an secara bersama-sama. Setelah itu, dilanjutkan dengan doa bersama dan kenduri atau makan bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.

  5. I’tikaf di Masjid

    Banyak umat Islam yang memanfaatkan momen Nuzulul Qur’an untuk melakukan i’tikaf atau berdiam diri di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama i’tikaf, mereka mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan melakukan sholat malam. Tradisi ini umum dilakukan di berbagai masjid di Indonesia selama 10 malam terakhir Ramadhan, termasuk pada malam Nuzulul Qur’an.

Hikmah Peringatan

Peringatan Nuzulul Qur’an memberikan banyak hikmah bagi umat Islam, antara lain:

  1. Meningkatkan Ketaqwaan dan Keimanan kepada Allah SWT: Dengan memahami sejarah turunnya Al-Qur’an, umat Islam diharapkan semakin mencintai, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.

  2. Memudahkan Pemahaman dan Pengamalan Al-Qur’an: Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur memudahkan Nabi Muhammad SAW dan umatnya dalam memahami dan mengamalkan isi kandungannya.

  3. Menunjukkan Eksistensi Kemukjizatan Allah SWT: Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

  4. Meningkatkan Syiar Islam dan Dakwah Al-Qur’an: Peringatan Nuzulul Qur’an menjadi momentum untuk menyebarkan ajaran Islam dan mendakwahkan Al-Qur’an kepada seluruh umat manusia.

Dengan memahami dan menghayati hikmah-hikmah tersebut, peringatan Nuzulul Qur’an dapat menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, serta mempererat tali silaturahmi antar sesama.

Tim Liputan