Mer-C Gelombang 5 Tiba di Gaza, Langsung Tangani Pasien

Jakarta, DUTA TV Tim Medis Darurat (EMT) gelombang kelima dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) tiba di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, bagian utara Jalur Gaza pada 9 Agustus 2024. Tujuh relawan MER-C kini melakukan pemeriksaan di RS Indonesia untuk mencatat apa saja yang diperlukan dan diperbaiki.

Dr. Dany Kurniadi Ramdhan, ahli bedah saraf yang memimpin tim EMT MER-C kelima, menggambarkan perjalanan mereka dari Dair Balah ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza sebagai perjalanan yang penuh tantangan. Melalui Zoom dari Gaza, Dany menceritakan bagaimana timnya harus melewati berbagai pos pemeriksaan Israel, beberapa di antaranya memakan waktu hingga satu jam sebelum akhirnya diizinkan melanjutkan perjalanan. Akibat banyaknya pos pemeriksaan, jarak sekitar 15 kilometer yang biasanya singkat, harus ditempuh dalam lebih dari enam jam.

Tim EMT MER-C kelima ini mengikuti konvoi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama perjalanan tersebut. Namun, menurut Dany, rombongan MER-C berpisah dengan tim WHO di Rumah Sakit al-Ahli di Kota Gaza. Dari sana, tim MER-C pindah ke ambulans dan melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Indonesia di Bait Lahiya. Tim MER-C tiba di sana sekitar pukul 16.00 waktu setempat pada Jumat (8/8).

Malamnya, empat dokter MER-C sudah menangani beberapa pasien korban pengeboman Israel, termasuk satu bayi meninggal. Ada empat orang mengalami trauma di kepala dan ada pula yang luka karena terkena serpihan bom.

Besok paginya, tim MER-C bertemu pihak manajemen Rumah Sakit Indonesia, termasuk direkturnya, dokter Marwan al-Sultan. Kemudian berkeliling rumah sakit untuk melihat kondisi kerusakan akibat serangan Israel. Secara umum, lanjut Dany, kerusakan di fasilitas itu terbagi dua: struktur bangunan dan sarana prasarana, termasuk alat-alat kesehatan.

Kerusakan struktur bangunan tidak terlalu ekstensif. Kerusakan lebih pada akses ke rumah sakit tersebut karena jalan-jalan dirusak pasukan Israel dengan menggunakan buldoser. Selain itu, banyak bangkai kendaraan berserakan. Kerusakan struktur ini berupa lubang akibat ledakan roket serta bekas kebakaran di lantai tiga dan empat. Secara umum, bangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza masih cukup bagus.

“Setelah kami survei keseluruhan, secara umum yang paling membutuhkan perbaikan segera adalah sumber listrik. Sumber listrik ada dua: panel surya dan generator,” ujarnya dalam jumpa pers melalui zoom, Senin (12/8).

Dany menambahkan generator di Rumah sakit Indonesia di Gaza bergantung pada pasokan bahan bakar dari WHO. Badan PBB itu sudah menjanjikan akan menyuplai bahan bakar untuk generator minimum dua minggu sekali. Pasokan ini tergantung situasi. Kalaupun ada, jumlahnya belum tentu mencukupi.(voai)