Jepang Gempa, WNI Tunggang Langgang ke Bukit

Jakarta, DUTA TV Sebanyak 18 WNI yang tinggal di Kota Suzu, Prefektur Ishikawa, Jepang bergegas menyelamatkan diri saat gempa besar mengguncang Semenanjung Noto di dekat Prefektur Ishikawa. Mereka berlari ke bukit.

Gempa yang mengguncang Ishikawa pada Senin (1/1/2024) itu berkekuatan 7,6 magnitudo dan memicu gelombang tsunami di pesisir utara dan tengah Jepang. Di sejumlah tempat peringatan resmi mengatakan gelombang tsunami diperkirakan bisa mencapai 5 meter. Sejauh ini, gelombang setinggi 1,2 meter telah menerjang pelabuhan Wajiima di Prefektur Ishikawa.

Akibat gempa itu, jaringan listrik mati, sejumlah area kebakaran, dan warga berhamburan mengungsi.

Pemerintah Jepang memang menginstruksikan penduduk di wilayah pesisir Noto di prefektur Ishikawa untuk evakuasi secepatnya ke dataran tinggi.

Bersama warga Jepang, WNI menuju bukit. Saat itu, suhu di luar ruangan 0 derajat celcius. Mereka membuat api unggun untuk menghangatkan diri.

Rizal Sokobiki, salah satu dari 18 WNI yang terpaksa bermalam di atas bukit setelah gempa mengatakan listrik padam dan masih ada gempa susulan sehingga mereka memilih bertahan di luar ruangan. Belasan WNI itu bekerja di kapal perikanan dan tinggal di asrama yang terletak di tepi pantai.

“Jaraknya dari laut itu dekat sekali, cuma 200 meter keliatan laut dari asrama menuju bukit. Karena ada peringatan tsunami jadi lari semua ke atas bukit,” kata Rizal, WNI asal Tuban, Jawa Timur kepada wartawan Sri Lestari yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Rizal menyebutkan lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah berjarak cukup jauh dari tempat tinggalnya. Dia mengatakan hanya membawa sedikit air minum dan jajanan untuk bekal bermalam.

Sementara itu, Wawan Supriyanto, WNI yang tinggal di Kota Kahoku di Prefektur Ishikawa merasakan guncangan gempa ketika tengah berbelanja di toko peralatan rumah tangga. Pria berusia 41 tahun ini mengatakan guncangan gempa itu membuat rangka baja di toko tersebut jatuh.

Kahoku berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Noto. Ia mengatakan selama 5 tahun tinggal di Ishikawa baru merasakan gempa sebesar ini.

Kementerian Luar Negeri Indonesia sedang berkoordinasi dengan KBRI Tokyo dan KJRI Osaka untuk mengetahui dampak gempa dan tsunami di Jepang. Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Tokyo, Meinarti Fauzie menyebut terdapat 1.315 warga negara Indonesia yang menetap di Prefektur Ishikawa, 1.344 di Prefektur Toyama dan 1.132 di Prefektur Niigata.

KBRI Tokyo dan KJRI Osaka telah mengeluarkan imbauan agar warga negara Indonesia tetap waspada atas gempa susulan dan tsunami dan selalu memantau informasi dan arahan otoritas setempat.