Aktivis Satwa Kritisi 7 Anak Harimau Artis yang Mati
Jakarta, DUTA TV — Aktivis satwa menyayangkan kematian anak harimau Benggala milik Alshad Ahmad. Dia mengkritik izin konservasi yang dimiliki Alshad tak dimanfaatkan dengan baik.
Ketua Animal Defenders Indonesia Doni Herdaru Tona berharap masyarakat menjadikan kematian harimau Benggala milik Alshad sebagai pembelajaran. Dia mewanti-wanti para pemilik izin konservasi satwa liar asing untuk serius melakukan konservasi sebagaimana mestinya.
“Status konservasi yang dikantongi para pemilik peliharaan kucing besar ini harus benar-benar diterapkan,” kata Doni kepada detikTravel melalui pesan singkat, Rabu (26/7/23).
Doni menyebut anak harimau Benggala seharusnya didekatkan dengan induknya. Dia melihat, anak harimau Benggala ini lebih sering dijadikan konten hiburan alih-alih dibesarkan sesuai dengan sifat alaminya.
“Hewan balita masih sangat bergantung pada induknya. Jangan banyak diforsir berinteraksi dengan selain induknya apalagi demi konten,” ujarnya.
“Mungkin kita sayang banget, tapi kita harus tahu bahwa sejatinya bayi hewan ini akan aman dengan induknya yang merawat. Kita harus support lingkungannya agar mirip dengan habitatnya dan menyediakan apa yang dibutuhkan,” dia menambahakn.
Konten-konten yang selama ini beredar memang kerap memperlihatkan anak harimau Benggala itu diajak bermain dengan manusia. Menurut Doni, bila tujuan Alshad memiliki harimau itu untuk konservasi, seharusnya konten yang dibuat fokus pada kesejahteraan satwa tersebut.
“Konten-konten belakangan sebaiknya ya, lebih fokus ke well-beingnya,” kata dia.
Sebelumnya, anak harimau Benggala bernama Cenora dikabarkan mati. Hal itu diumumkan Alshad Ahmad melalui Instagramnya.
Dalam kolom komentar, Alshad mengungkapkan Cenora bukanlah satu-satunya harimau yang mati. Sudah ada tujuh harimau yang mati di bawah pengawasannya.(dtk)